Senin, 02 Desember 2013

Hanya masalah waktu, hingga orang lain mampu melirik kemampuan kita.

DANDELION DAN POHON APEL

Oleh : Zuchri Lubis


Di sebuah hutan, tumbuhlah sebatang Pohon Apel sangat besar yang berbuah lebat  dan disebelahnya tumbuh pula satu ranting Dandelion muda. Pohon Apel sangat bangga dengan keadaannya yang tercipta untuk membantu manusia dan hewan yang haus dan lapar di hutan tersebut. Hingga Pohon Apel pun menjadi sombong dan sering menghina Dandelion.
Suatu ketika, seorang bangsawan yang baik hati melintasi hutan tersebut dan berhenti di bawah Pohon Apel. Bangsawan yang baik hati melihat Pohon Apel tersebut dan bangsawan menyuruh pengawalnya untuk mengambilkannya sebuah apel yang segar. Saat sang bangsawan keluar dari pedatinya, bangsawan melihat Dandelion yang bergoyang dihembus angin hendak dipijak oleh pengawalnya. Sang bangsawan menyuruh pengawalnya berhenti dan menyuruh pengawalnya mencabut Dandelion untuk dibawa pulang dan ditanam. Pohon Apel pun merasa iri, dan menganggap itu hanya keberuntungan Dandelion saja.
Setibanya di rumah sang bangsawan, Dandelion dipindahkan ke dalam sebuah vas usang yang sudah bekas dan Dandelion diletakkan di dekat jendela di depan istana, di sebelah sebuah Pohon Apel kecil yang dirawat sang bangsawan.
Mungkin, memang sudah sifat setiap Pohon Apel mempunyai watak sombong. “Hai Dandelion! Untuk apa manusia itu memeliharamu, kau sungguh tak ada gunanya,” kata Pohon Apel kecil. Dandelion terdiam dan hanya bisa bersabar.
Selama Dandelion berada di istana tersebut, pohon apel kecil hanya mengejeknya dengan mengatakan Dandelion tak berguna. Bahkan, Pohon Apel kecil pernah membandingkan vas yang diberikan sang bangsawan kepadanya dengan vas yang diberikan bangsawan kepada Dandelion.
Suatu pagi, sang bangsawan datang dengan wajah tersenyum dan memeluk sebuah vas dari porselen yang sangat indah. Pohon Apel kecil berkata dengan angkuh kepada Dandelion, “Vas itu pasti dibawakan untukku”.
Tak diduga, sang bangsawan yang baik hati mencabut Dandelion dari vasnya dan memindahkan Dandelion ke dalam vas porselen tersebut. Sang bangsawan membawa Dandelion untuk dipindahkan ke kamarnya dan diletakkan di jendela kamarnya. 
Sang bangsawan lebih menyukai Dandelion karena Dandelion sangat indah saat terhembus oleh angin. Saat dihembus angin, serbuknya langsung berterbangan dan menghiasi kamar sang bangsawan. Akhirnya, Pohon Apel kecil yang sombong pun sadar akan kesalahannya dan berjanji tak akan meremehkan apa pun lagi.
Hikmah:
Sifat sombong sama sekali tak berguna.
Hanya masalah waktu, hingga orang lain mampu melirik kemampuan kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar